Tan Malaka, Pejuang Revolusioner yang "Kesepian"
Jika Aku menjadi Bung Tan, Bapak
Revolusioner yang Terlupakan (Tan Malaka)
"Lindungi
bendera itu dengan bangkaimu, nyawamu dan tulangmu. Itulah tempat yang
selayaknya bagimu, seorang putera Indonesia tempat darahmu tertumpah"- Tan Malaka
Bung Tan adalah sorang yang sangat
ideal utnuk menggambarkan kondisi pemuda yang seharusnya. Ya, seharusnya pemuda
itu ya seperti Bung Tan itu. Pasti ada dari kalian yang berpikir, “Tan Malaka
kan komunis?” lha terus?? Gini nih, sebelum kemerdekaan, semua masyarakat boleh
memiliki berbagai paham ideologi. Entah itu, paham sosialis, komunis, islamis,
dll. Kenapa? Karena, tujuannya kan sama-sama untuk memperjuangkan kemerdekaan
dan melawan penjajah.
Back to topic. Seperti yang saya
katakan tadi, Tan Malaka adalah sosok yang sangat ideal untuk menggambarkan
kondisi pemuda. Bung Tan adalah sesosok yang idealis dan revolusioner.
Pemikirannya sangat jauh kedepan. Hal ini dibuktikan dengan dicetuskannya
konsep “Negara Indonesia” pertama kali dalam bukunnya yang berjudul “Naar de Republik Indonesia”. Ingat! Yang
mencetuskannya pertama kali itu Tan Malaka bukan yang lainnya. Buku inilah juga
yang kemudian menginspirasi Bung Karno, Bung Hatta, Bung Syahrir, dan
tokoh-tokoh lainnya dalam memeperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Tidak
hanya sampai di situ, tokoh besar yang terlupakan ini, berjuang
"sendirian" untuk memerdekakan Indonesia dari mulai menulis buku,
membentuk kesatuan massa, berbicara dalam kongres internasional, ikut
bertempur di lapangan melawan Belanda secara langsung, sampai akhirnya harus
keluar-masuk penjara berkali-kali, diburu oleh interpol, dan kejar-kejaran
sama polisi Internasional. Kenapa saya sebut beliau bejuang “sendirian”,
soalnya Tan Malaka ini belum sempat menikah sampai ajal menjemputnya. Tragisnya
lagi, penyebab kematian beliau adalah karena ditembak timah panas oleh tentara
Republik yang didirikannya sendiri. Beliau ditembak di kediri pada tahun 1949
dan jenazahnya belum dapat dipastikan secara pasti. Lebih parahnya lagi,
walaupun beliau sudah diangkat menjadi pahlawan nasional oleh Soekarno pada 28
Maret 1963. Namun, sejak era Orde Baru (1966-1998), keberadaan tokoh
ini seperti dihapus dalam sejarah Indonesia, namanya dicoret dari
daftar nama pahlawan Nasional dan hampir tidak pernah dibahas
dalam pelajaran Sejarah SD-SMA sampai dengan sekarang.
Tan malaka itu orangnya energik.
Nggk bisa diem. Bung Tan ini tidak hanya berjuang dalam satu jalan. Berbagai
jalan dilalu, salah satunya jalan pendidikan. Setelah lulus dari Belanda Tan
Malaka menjadi seorang guru Bahasa Melayu untuk anak-anak buruh perkembunan teh
dan tembakau di Sanembah, Sumatera Utara. Pengalaman mengajar inilah yang
menjadi inspirasi pertama Tan Malaka untuk memperjuangkan hak rakyat dari
bentuk kolonialisme Belanda. Dari pengalaman mengajar inilah, Tan
Malaka melihat secara langsung penderitaan kaum buruh perkembunan teh
yang diupah rendah, sering ditipu karena buta huruf dan tidak lancar berhitung,
diperas keringatnya habis-habisan di tanah mereka sendiri.Untuk menyalurkan
semangatnya ini, kemudian, beliau ikut menjadi anggota organisasi ISDV, yaitu
organisasi buruh yang berideologi marxisme. Perkumpulan ISDV ini bisa dibilang
cukup radikal dalam ngelawan "penindasan" dari kolonial Belanda
sampe-sampe ngerekrut para tentara dan pelaut Belanda buat angkat senjata
ngelawan para komandan mereka. Isdv juga sempat menarik perhatian Sarekat
Islam. Namun sayangnya, kolaborasi antara Sarekat Islam dengan PKH tidak
berjalan harmonis karena banyak anggota SI (terutama H.Agus Salim) yang
berpikir bahwa pandangan politik sosialis dan komunis tidak selaras dengan
syariat Islam. Karena perkembangan perjuangan Tan Malaka sangat
pesat, ini menyebabkan Belanda mulai
gerah dengan
Tan Malaka. Maka dibuanglah Tan Malaka ke Benlanda.
Saat pengasingan inilah, malah
pemikiran-pemikiran Tan Malaka semakin matang. Ini dibuktikan dengan bergabungnya
Tan Malaka dalam Communistische Partij Nederland (CPN)
atau Partai Komunis Belanda. Setelah itu ia pindah ke Berlin. Dimana pada saat
itu (saat pasca perang dunia 1) ideologi komunisme sedang sangat berkembang. Di
Berlin kemudian ia bertemu dengan Darsono yang menjadi perwakilan dari COMITERN
(Communist International). Maka, Tan Malaka kemudian ikut bergabung dengan
COMITERN. Setelah itu ia pindah ke Moscow dan mengikuti Kongres Internasional
COMITERN. Kemudian ia dipindahtugaskan ke Asia Tenggara dan bermarkas di
Kanton, Tiongkok. Disanalah ia menulis buku “Naar de Republiek Indonesia”.
Setelah beberapa tahun di luar
negeri, akhirnya Tan Malaka balik ke Indonesia dengan menyembunyikan jati
dirinya. Selama masa persembunyian Tan Malaka menulis buku berjudul “MADILOG
(Materialisme-Dialektika-Logika)” sebuah buku yang berisi tentang pentingnya
pola pikir logis, kritis, dan rasional. Setelah proklamasi kemerdekaan barulah
Tan Malaka memunculkan identitasnya kembali dengan cara berkeliling Jawa
membawa kabar gembira ini dan menyemangati rakyat agar terus berjuang
mempertahankan kemerdekaan dan berusaha membuat kemerdekaan indonesia diakui
oleh dunia Internasional. Dalam tur tersebut, Tan Malaka sempat bergabung
dengan pasukan rakyat surabaya dalam mengusir AFNEI.
Perjuangan Tan Malaka terus
berlanjut di medan pertempuran bersama dengan perkumpulan yang dinamainnya “Persatuan
Perjuangan”. Namun, pada pertengahan tahun 1946, para pemimpin PP ditangkap
oleh pemerintahan Sjahrir karena dianggap tidak taat pada pemerintah. Parahnya lagi,
PKI yang dulu diperjuangkan oleh Tan Malaka malah berpihak pada Sjahrir. Maka Tan
Malakapun dipenjara. Dipenjara ia malah menulis buku-buku fenomenalnya kembali.
yaitu“Rentjana Ekonomi”, “Theses”, dan “Gerilya Politik Ekonomi (GERPOLEK)”.
Pada saat pemerintahan Amir Sjarifuddin, Tan Malaka dibebaskan. Setelah bebas
ia melihat kenyataan bahwa kekhawatiran Tan Malaka terhadapap jalur diplomasi terbukti
dengan dihasilkannya perundingan Renville yang sanghat merugikan bangsa
Indonesia. Inilah yang bikin Tan Malaka jengkel,
dan pembuktian bahwa jalur diplomasi pada masa awal kemerdekaan Indonesia
itu adalah tindakan yang keliru karena kita bisa dipermainkan oleh Belanda yang
sudah jauh lebih punya pengaruh di dunia Internasional.
Menanggapi hal tersebut, kemudian Tan Malaka erusaha menghimpun
kekuatan untuk menentang perjanjian renville dan merebut keutuhan wilayah
Indonesia kembali. Lagi-lagi Tan Malaka dianggap tidak patuh kepada pemerintah
Indonesia. Walaupun begitu Tan Malaka tetap melanjutkan perjuangan sesuai
dengan keinginannya dengan cara menghimpun kekuatan untuk menghadapi agresi
militer Belanda II, yang akhirnya pecah pada bulan Desember 1948. Sampai-sampai
Soekarno harus memindahkan pemerintahannya ke Bukit Tinggi. Dalam situasi yang
seperti ini, Tan Malaka semakin berusaha mengobarkan semangat rakyat. Usaha Tan
Malaka berhasil membakar semangat rakyat sekaligus membakar kemarahan
pemerintah hingga Tan Malaka dianggap sebagai pemberontak yang berbahaya oleh
pemerintah Perdana Menteri Muhammad Hatta. Sejak saat itulah Tan Malaka diburu
oleh tentara negara yang dia bela mati-matian selama 30 tahun
terakhir, sampai akhirnya terbunuh oleh tentara nasional Indonesia di
Kediri Jawa Timur pada tanggal 19 Februari 1949 dan jenazahnya tidak diketahui
keberadaannya sampai sekarang. (ada yang menyebutkan Tan Malaka dikubur
secara rahasia, ada versi lain yang menyebutkan mayatnya dihanyutkan di Kali
Brantas).
Itulah kisah hidup heroik Tan Malaka yang membuat saya memilih
beliau dalam mengerjakan tugas Sejarah Indonesia. Terimakasih. Sampai berjumapa
lagi kawan.
Komentar
Posting Komentar