Collier Trap : lingkaran tak berujung dari kemiskinan
Collier Trap : lingkaran tak berujung dari kemiskinan
Negara-negara pada skala pembangunan terbawah tidak hanya gagal tumbuh, namun mereka sebenarnya telah mengalami kemunduran. Professor Paul Collier, seorang dosen di universitas oxford, dalam bukunya yang berjudul The Bottom Billion : Why The Poorest ountries Are Falling and What can Be done About it telah membahas terkait fenomena tersebut. Menurut Paul, negara-negara tersebut terjebak dalam satu atau lebih dari empat perangkap utama yang mengunci mereka dalam kemiskinan. Perangkap tersebut adalah perangkap konflik, perangkap sumber daya alam, perangkap geografis, dan perangkap pemerintahan yang buruk di negara kecil. Perangkap-perangkap konflik teresebut biasannya melibatkan pola kekerasan, perang saudara, atau pemberontakan (kudeta).
Perangkap Konflik
Perangkap yang pertama adalah
perangkap konflik. Berdasarkan data yang ada, terdapat 73% negara termiskin di
dunia terlibat atau sedang dalam pemulihan dari perang saudara. Perang saudara
menciptakan sebuah lingkaran setan. Perang akan menyebabkan kemiskinan dan
pendapatan menurun. Kedua hal tersebut akan berdampak pada ketegangan antar
masyarakat dan pemerintah. Kedua hal tersebut merupakan akibat dari pertumbuhan
ekonomi yang rendah atau malah penurunan ekonomi. Pertumuhan ekonomi rendah
berarti semakin banyak angka pengangguran. Angka pengangguran yang tinggi
ibarat sebuah bom waktu yang dapat menjadi permasalahan yang lebih besar di
kemudian hari. Pengangguran yang tinggi dan terus bertamabah lama kelamaan akan
menjadikan masyarakat marah dan menimbulkan konflik. Begitu konflik perang
saudara dimulai, maka hal tersebut aka cenderung terus berlanjut. Fakta
menunjukkan bahwa semakin miskin negaranya maka semakin lama kemungkinan perang
saudara kan berlanjut. Konflik dan perang saudara yang terjadi akan menyebabkan
kerusakan, seperti hancurnya infrastruktur, pengungsian besar-besaran, epidemi,
hilangnya kebebasa, dan membuat para investor menjadi ketakutan. Akibatnya,
semakin sedikit peluang untuk dapat menjadikan pertumbuhan ekonomi meningkat
sehingga ekonomi akan cenderung menurun.
Perangkap Sumber Daya Alam
Perangkap kemiskinan yang kedua adalah sumber daya alam. Bagaimana bisa sumber daya alam yang seharusnya menjadi factor kemajuan suatu negara malah menjadi factor kemiskinan? Jawabannya adalah dengan melihat beberapa negara seperti Sudan, Angola, dan Zimbabwe. Negara-negara tersebut memiliki sumber daya minyak yang melimpah. Sangat jarang manfaat kekayaan sumber daya alam dapat kembali ke masyarakat sepenuhnya. Terkadang manfaat masuk ke rekening bank asing para elit penguasa. Tetapi masalah terbesarnya bukanlah itu, melainkan aliran mata uang asing yang tiba-tiba masuk ke negara yang dibagikan secara tidak adil di seluruh negeri akibat adanya investasi besar-besaran ke satu sector, yaitu sumber daya alam atau dalam kasus beberapa negara adalah minyak. Serbuan investasi ke satu sektor menarik perhatian, modal, dan keterampilan dari semua sektor ekonomi lainnya. Ketika minyak ditemukan misalnya, permintaan untuk infrastruktur dan pengembangan bisnis di daerah itu akan segera mengalahkan masalah lainnya. Saat minyak dipompa, sektor-sektor ekonomi lainnya layu, biaya mereka meningkat dari meningkatnya persaingan upah dan aliran mata uang asing yang tiba-tiba masuk. Fenomena tersebut biasa disebut dengan istilah ‘Dutch Disease‘.
Perangkap Geografis
Perangkap geografis di sini diartikan sebagai masalah ’terkurungnya’ suatu negara karena dikelilingi oleh tetangga yang buruk. 38% dari negara termiskin tinggal di negara-negara yang terkurung daratan, dan ini merupakan sebuah tantangan dalam pembangunan. Kenyataanya, terkurung daratan tidak selalu menjadi sebuah permasalahan seandainya negara tetangga yang mengelilingi adalah negara yang memiliki infrastruktur yang layak dan suportif dalam bekerja sama. Professor Collier menyontohkan Swiss. Nagara yang terkurung darata dan dikelilingi oleh Jerman dan Italia. Namun, perdagangan ekspor dan impor Swiss tetap berjalan dengan baik karena dapat melewati Italia atau Jerman. Kasus sama namun berbeda kondisi adalah negara Uganda yang berbatasan dengan Kenya,Sudan, Somalia, Rwanda, Kongo, dan Tanzania. Negara Uganda tidak dapat berpartisipasi dalam ekonomi global karena kondisi negara tetangga yang buruk dan tidak dapat diajak bekerja sama. Sehingga, alternative satu-satunya adalah melalui jalur udara.
Perangkap Pemerintahan yang Buruk
Professor Collier menyebutkan bahwa tiga pereempat orang dari satu miliar penduduk dunia tinggal di negara gagal, seperti Somalia, Haiti, Sudan, Zimbabwe. Dengan kondisi pemerintah yang tidak berfungsi, atau hanya ada untuk menguntungkan beberapa kalangan saja, maka pembangunan pada akhirnya tidak mungkin berjalan dengan baik. Paul Collier menyatakan bahwa setiap negara yang gagal merugikan ekonomi global sebesar $100 miliar. Paul menyarankan untuk menggunakan interferensi militer dalam memperbaiki negara-negara gagal tersebut, namun Paul menegaskan bahwa interferensi militer hanya untuk memastikan keberjalanan demokrasi dan jauh dari bentuk interferensi seperti pada negara Afghanistan dan Irak.
Sumber :
https://earthbound.report/2008/12/08/why-some-countries-remain-poor-paul-colliers-four-poverty-traps/
https://www.tutor2u.net/economics/reference/paul-collier-and-development-traps
https://www.economist.com/media/globalexecutive/bottom-billion-collier-e.pdf
Komentar
Posting Komentar